![Cerita Seks Demi Sebuah Jawaban Ujian Aku Rela Dibugilin [ www.BlogApaAja.com ]](http://4.bp.blogspot.com/-a0WVRMfednA/UNXdfsWq5JI/AAAAAAAADk8/I6UfNI0QrFA/s400/cewek-bisa-pakai-+%25288%2529.jpg)
Cerita Seks: Demi Sebuah Jawaban Ujian, Aku Rela Dibugilin | Cerita Dewasa - Neng Luisa sebuah suara memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kelas di salah satu SMU swasta terkenal di ibukota.
Saat itu kegiatan belajar mengajar di sekolah baru saja selesai, dan semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang. Gadis yang dipanggil itu berhenti sejenak lalu memutar tubuhnya ke belakang sambil menatap seorang lelaki setengah baya yang tergopoh-gopoh lari ke arahnya. Melihat siapa yang datang, gadis itu langsung memisahkan diri dengan teman-temannya, lalu mengajak lelaki tadi masuk kembali ke dalam sebuah kelas kosong untuk berbicara 4 mata saja.
Nampaknya ada hal yang sangat serius yang mereka obrolin. Sekitar 10 menit mereka mengobrol, kemudian gadis itu keluar dari kelas itu dengan tersenyum penuh arti. Demikian juga lelaki setengah baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Akhirnya gadis itu kembali menyusul teman-temannya, bersiap-bersiap untuk pulang. Nama gadis itu adalah Luisa. Usianya baru 17 tahun. Ia sekolah di kelas 2 sebuah SMU swasta terkenal di ibukota ini. Luisa merupakan salah satu cewek terpopuler di sekolahnya. Gadis belia itu sangat cantik, dengan hidung mungil yang lucu. Dia memiliki kulit putih bersih yang mulus, mata bulat dengan bulu mata yang lentik dan panjang hitam lurus sepunggung.
Gadis manis itu memiliki tubuh mungil khas remaja, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang serta dihiasi seragam SMU yang ketat, rok yang beberapa centi di atas lutut, dan kaus kaki putih panjang yang menutupi keindahan betisnya. Ya, kecantikan wajah dan tubuhnya, nyaris sempurna, sangat sesuai dengan selera om-om hidung belang. Ditunjang bibirnya tipis menggoda, dan selalu dihiasi senyum nakal remaja, membuatnya sebagai magnet bagi kaum lelaki, termasuk lelaki yang baru saja diajaknya ngobrol di kelas tadi. Lelaki setengah baya yang baru saja berbicara dengan Luisa adalah Mang Hamad.
Dia adalah pesuruh sekolah ini yang bertugas antara lain sebagai tukang sapu sekaligus tukang kebun sekolah. Umurnya sudah 52 tahun. Dia bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Rambutnya yang putih tipis nyaris botak sedangkan kumis dan janggutnya tumbuh liar tak teratur. Tetapi yang paling tidak mengenakan untuk di lihat adalah tampanganya sangat jelek. Tahun ini dia sudah bekerja selama 12 tahun dan dia dipertahankan kepala sekolah karena sangat baik dan rajin. Murid-murid sekolah itupun sangat senang bergaul dengannya yang sangat ramah.
************************
Di sebuah kompleks perumahan
Pukul 16.00
Dengan sepeda bututnya, Mang Hamad menyusuri jalan di sebuah perumahan menengah atas. Sepeda itu berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan taman garasi mobil di sampingnya. Mang Hamad menjulurkan tangannya ke dalam pagar untuk mencari knop bel. Tak lama kemudian dari dalam sana keluar seorang gadis belia dengan senyuman khasnya yang nakal. Gadis itu adalah Luisa. Tubuhnya yang indah itu terbungkus hotpants ketat berwarna putih dan baju berkancing tanpa lengan yang berwarna sama dengan bawahannya. Penampilan sangat seksi dan menggoda sore itu.
Sore mang, yuk masuk! ajak gadis itu.
Maka Hamad pun akhirnya memasukkan juga sepedanya ke dalam setelah Luisa membukakan pagar untuknya. Mang Hamat mengikutinya dari belakang, sesekali matanya menatap pantat gadis itu yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Begitu bulat dan padat sempurna bokong itu sampai Mang Hamad gemas ingin meremasnya. Luisa menyuruh Mang Hamad memasukkan sepedanya ke garasi yang kebetulan hari itu kosong, yang menandakan ada yang memakai mobil keluarganya. Kemudian dia mengikuti si empunya rumah memasuki rumah itu setelah melepas alas kaki dan menaruhnya di depan pintu.
Mang Hamad bawa kan barangnya? tanya Luisa dengan wajah penuh harap.
Bawa neng. Tapi harus cepat-cepat dikembalikan. Takut kepala sekolah tahu
Tenang aja, cuman bentar kok jawab Luisa dengan tersenyum puas.
Tapi duit perjanjiannya sudah ada kan neng?
Santai saja mang. Tapi saya lihat dulu dong apa yang Mang Hamad bawa apa
Boleh jawab Mang Hamad seraya mengeluarkan sesuatu dari balik punggunya.
Eh mang, kita lihat di kamar Luisa aja. Ga ada orang kok kata Luisa lalu mengajak Mang Hamad ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, gadis itu lalu duduk di atas ranjangnya yang diikuti Mang Hamad.
Mana mang?
Ini neng, seperti yang neng minta kata Mang Hamad tersenyum sambil menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas.
Luisa melihat semua isi map itu dan ikut juga tersenyum bahagia.
Benar kan ini yang neng Luisa mau?
Benar mang. Pintar juga nih si mamang puji gadis itu
Siapa dulu dong.Hamad bin Abdul Aziz kelakar pesuruh sekolah tua itu sambil membusungkan dadanya.
Tapi ga ada yang tahu kan?
Sumpah ga ada neng. Tenang aja. Sekarang mana duit yang neng janjikan
Luisa terdiam sejenak. Dia memang menjanjkan sejumlah uang kepada pesuruh sekolahnya ini untuk jasa yang telah dilakukan Mang Hamad. Tapi terus terang dia tidak menyangka Mang Hamad akan berhasil. Luisa sebenarnya orang yang berada. Uang jajannya terbilang banyak. Orangtuanya selalu memberikan uang jajan setiap bulan (bukan perhari seperti siswa lain), dengan jumlah yang cukup banyak untuk ukuran anak SMA. Hal itu dimaksud agar Luisa jadi disiplin dan bisa me-manage duit sendiri. Tapi sayang, gaya hidup Luisa sangat glamor, suka hura-hura. Dia memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnyapun cantik. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan semua itu, maka maka tak heran baru pertengahan bulan seperti ini dia sudah kehabisan uang. Kalau sudah begitu maka jangan harap ortunya yang disiplin dalam hal keuangan itu akan memberikan uang jajan tambahan.
Mana duitnya neng? Mau mabok-mabokan dulu nih. Hehehe pinta Mang Hamad.
eh..gini manganu.. kata Luisa terbata-bata.
Apa? Jangan bilang ga ada duit?
Bukan begitu. Jadi gini. Duit Luisa lagi ga ada sekarang. Habis kepake. Gimana kalo saya bayar bulan depan?
Ya elah neng. Tahu gitu ga mau deh mamang ambil resiko kayak gini
Maaf deh mangBulan depan yabeneran ini uang jajan saya sudah habis nih kata Luisa memelas.